
SIDOARJO, SJP – Tim gabungan Basarnas masih terus melakukan evakuasi korban di lokasi ambruknya Musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Hingga Minggu (5/10/2025) dini hari, total 36 santri ditemukan meninggal dunia, setelah pencarian dilakukan selama tujuh hari berturut-turut.
Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menyatakan bahwa proses evakuasi dilakukan dengan sangat hati-hati karena sebagian struktur bangunan musala masih menimpa area yang diduga menjadi titik kumpul para santri saat kejadian.
“Sampai pagi tadi pukul 03.34 WIB kami berhasil mengevakuasi satu korban lagi. Total korban meninggal dunia mencapai 36 santri, termasuk beberapa bagian tubuh yang ditemukan di lokasi,” ujar Yudhi dikutip dari beritasatu.com.
Menurut Yudhi, sebagian besar jenazah ditemukan di area A3 dan A4, tepat di belakang posisi imam musala. Area tersebut menjadi fokus pencarian utama setelah alat berat berhasil membuka akses di bawah timbunan beton.
“Posisi A3 dan A4 itu persis di belakang imam. Setelah dibuka dengan alat berat, kami menemukan banyak jenazah di titik tersebut,” ungkapnya.
Proses pencarian dilakukan dengan bantuan satu unit backhoe dan breaker yang dioperasikan bersama tim Basarnas. Petugas juga berupaya memastikan setiap puing diangkat dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan tambahan atau membahayakan personel penyelamat.
“Kami akan terus mencari korban sambil membersihkan sisa reruntuhan. Semua dilakukan dengan penuh kehati-hatian karena masih ada kemungkinan korban berada di bawah puing,” tegas Yudhi.
Polisi Mulai Telusuri Penyebab Runtuhnya Musala
Sementara itu, pihak kepolisian mulai melakukan penyelidikan atas penyebab runtuhnya bangunan musala tersebut. Polresta Sidoarjo bersama tim dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri dikabarkan telah mengamankan sejumlah material bangunan sebagai barang bukti.
Langkah ini dilakukan untuk memastikan apakah terdapat unsur kelalaian atau cacat konstruksi dalam pembangunan musala yang menelan puluhan korban jiwa itu.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Dirmanto, menyebut pemeriksaan akan difokuskan pada struktur bangunan serta dokumen perizinan.
“Kami sudah kirim tim Labfor untuk memeriksa material bangunan. Dari situ nanti bisa diketahui apakah runtuhnya musala disebabkan faktor usia, kesalahan konstruksi, atau ada aspek lain yang lalai,” ujarnya saat dikonfirmasi terpisah.
Musala Ponpes Al-Khoziny ambruk pada Minggu (28/9/2025) sore, ketika para santri tengah melaksanakan kegiatan keagamaan. Struktur atap dan dinding bagian utama runtuh secara tiba-tiba, menimpa puluhan santri yang berada di dalam bangunan.
Tragedi ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat Sidoarjo. Hingga hari ketujuh, ratusan personel dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan terus bekerja siang dan malam untuk mengevakuasi seluruh korban.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga berkoordinasi dengan tim SAR dan instansi terkait untuk memastikan seluruh korban dapat ditemukan dan diidentifikasi. Bupati Sidoarjo dijadwalkan meninjau lokasi sekaligus menyiapkan langkah evaluasi terhadap kelayakan bangunan pesantren di wilayahnya.
Basarnas menegaskan proses pencarian belum akan dihentikan hingga seluruh korban ditemukan dan area reruntuhan musala dinyatakan bersih.
Tim SAR menemukan total 36 santri meninggal dalam tragedi robohnya Musala Al-Khoziny, Sidoarjo, sementara polisi mulai menyelidiki kemungkinan kelalaian dalam pembangunan bangunan pesantren tersebut. (**)
Sumber: beritasatu.com
Editor: Danu S
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru