
SUARAJATIMPOST.COM – Era digital membuka pintu informasi tanpa batas, tetapi sekaligus melahirkan tantangan besar: banjir disinformasi.
Dari hoaks politik, berita palsu kesehatan, hingga manipulasi opini publik, semua beredar cepat lewat media sosial.
Di tengah derasnya arus itu, literasi digital bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.
Masyarakat sering kali terjebak pada jebakan “share dulu, cek belakangan”. Pola ini menjadikan hoaks tumbuh subur, bahkan lebih cepat menyebar daripada fakta yang sebenarnya.
Padahal, dampaknya bisa fatal: merusak reputasi, menimbulkan kepanikan, hingga memengaruhi stabilitas sosial dan politik.
Literasi digital tidak sebatas kemampuan menggunakan gawai, tetapi mencakup keterampilan berpikir kritis, mengecek sumber, hingga memahami konteks.
Pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan masyarakat harus bekerja sama menanamkan budaya verifikasi. Generasi muda, sebagai pengguna internet terbesar, punya peran strategis untuk menjadi garda terdepan melawan disinformasi.
Kita tidak bisa menghentikan arus informasi, tapi kita bisa belajar bersikap bijak di dalamnya. Literasi digital adalah vaksin melawan hoaks, sekaligus kunci untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan tahan terhadap manipulasi. (**)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber: Dari Berbagai Sumber
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru