
SUARAJATIMPOST.COM– Di hampir setiap sudut kota, kafe tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Bukan sekadar tempat minum kopi, kafe kini menjadi ruang sosial, tempat bekerja, bahkan panggung eksistensi bagi anak muda. Nongkrong di kafe kerap dianggap bagian dari gaya hidup modern yang tak bisa dipisahkan dari generasi digital.
Namun, fenomena ini menyimpan sisi lain. Di satu sisi, kafe menjadi ruang produktif: ide lahir di antara aroma kopi, komunitas terbentuk di meja panjang, dan jejaring sosial terjalin lebih akrab.
Di sisi lain, budaya nongkrong juga memunculkan standar sosial baru: seakan kehadiran di kafe populer menjadi ukuran gaul dan eksistensi.
Generasi muda menghadapi dilema: apakah nongkrong di kafe hanya sekadar mengikuti tren, atau benar-benar menjadi ruang aktualisasi diri?
Tidak bisa dipungkiri, media sosial berperan besar dalam mengukuhkan citra kafe sebagai “tempat yang harus dikunjungi”, bahkan lebih penting daripada kopi itu sendiri.
Kritiknya jelas: jangan sampai budaya nongkrong hanya menjadi simbol gaya hidup konsumtif yang menekan anak muda untuk mengikuti arus.
Yang lebih penting adalah memanfaatkan ruang itu sebagai sarana kreatif, produktif, dan memperkuat interaksi nyata. Karena pada akhirnya, kafe seharusnya bukan sekadar tempat pamer, melainkan ruang untuk tumbuh bersama. (**)
Editor : Rizqi Ardian
Sumber: Dari Berbagai Sumber
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru