
SURABAYA, SJP – Budaya Indonesia, mulai dari kesenian, bahasa, busana hingga tradisi dan kulinernya memiliki daya tarik luar biasa. Tidak hanya untuk dilestarikan, tetapi juga berpotensi menjual jika dikembangkan dengan sentuhan teknologi dan modernisasi.
Perpaduan itulah yang kini coba dihidupkan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) melalui program pengabdian masyarakat (pengmas) di Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede Surabaya
Program bertajuk “Penerapan Wisata Kuliner Tradisi Kuno Era Majapahit Berbasis Teknologi Kewirausahaan di Kampoeng Pintar Oase Tembok Gede Surabaya” memiliki tujuan yang sederhana sekaligus ambisius, yakni membuka ruang pasar bagi UMKM lokal sekaligus melestarikan nilai luhur budaya Jawa Timur.
Program tersebut merupakan bagian dari skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Kementerian Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang difasilitasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unair melalui SK: 721/UN3/2025, bertanggal 28 Mei 2025.
UMKM Mojopahit Pintar
FISIP Unair turun langsung memberikan pendampingan intensif, mulai dari pengelolaan usaha hingga strategi pemasaran. Salah satu langkah nyata adalah membuka jalur distribusi produk UMKM Kampoeng Pintar melalui koperasi kampus FISIP Unair, sehingga produk warga bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
Tak hanya soal pasar, aspek digitalisasi juga menjadi fokus. Warga dibekali keterampilan memanfaatkan media sosial dan marketplace sebagai sarana promosi. Harapannya, produk kuliner bernuansa Majapahit mampu bersaing di pasar modern tanpa kehilangan identitas budaya yang menjadi ciri khasnya.
Menurut Ketua Tim Pengmas FISIP Unair, Fahrul Muzaqqi, program ini bukan sekadar mendorong UMKM naik kelas, tetapi juga menghidupkan kembali semangat kebudayaan Majapahit dengan branding UMKM Mojopahit Pintar.
“Kami ingin UMKM Kampoeng Pintar menjadi contoh bagaimana kearifan lokal bisa dikemas modern, tetap relevan, dan membawa kebanggaan di era digital,” ujar Fahrul yang juga merupakan Dosen Ilmu Politik itu, Sabtu (20/9/2025).
Novri Susan, Dosen Pendamping Tim Pengmas Unair menambahkan, bahwa timnya ingin mereplikasikan pengalaman di negara-negara lain yang berhasil memadukan antara budaya tradisi mereka dengan teknologi modern.
“Kami ingin mereplikasi sejumlah pengalaman di Jepang, China, dan negara-negara lain yang berhasil mengembangkan kampung wisata bebasis perpaduan budaya tradisi dengan era modern yang bernilai ekonomis yang tinggi,” tandas Dosen Sosiologi itu.
Selain dosen, tim pengmas juga meliputi dua mahasiswa yakni Uzza Naila Qolbi dan Yudha Dwi Ariyadi yang keduanya merupakan mahasiswa program studi Sosiologi.
Sementara itu, pihak kampung menyambut hangat pendampingan dari FISIP Unair. Aseyan, selaku Ketua Kampoeng Pintar, Oase Tembok Gede berharap pendampingan dari FISIP Unair dapat terus berlanjut.
“Harapannya tentu UMKM Mojopahit Pintar benar-benar mampu membawa manfaat nyata bagi warga kami, baik dari sisi kesejahteraan ekonomi maupun pelestarian budaya,” ungkap Aseyan.
Adapun pembina Kampoeng Pintar, Oase Tembok Gede, Adi Candra yang menyebut bahwa Kekuatan Kampoeng Pintar, Oase Tembok Gede tak lepas dari potensi yang sudah lebih dulu ada. Selama ini, kawasan Tembok Gede dikenal sebagai kampung “smart” yang mengelola barang bekas menjadi robot hingga menghasilkan produk urban farming.
“Lewat pendampingan FISIP Unair, seluruh produk tersebut yang sudah ada disini akan diarahkan untuk naik kelas melalui strategi branding dan kemasan yang lebih modern,” jelas Adi.
“Menu-menu kuliner ini dikemas menggunakan nama-nama yang unik ala Majapahit. Kami ingin menunjukkan bahwa produk turunan di Kampoeng Pintar tidak monoton, bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan zaman, tapi tetap menonjolkan sejarah,” imbuhnya.
Upaya itu diharapkan mampu melahirkan Kampoeng Pintar Mojopahit sebagai ikon baru Surabaya yang tidak hanya menampilkan inovasi urban, tetapi juga menghidupkan kembali warisan budaya dalam bentuk kuliner bernilai ekonomis.
Kegiatan tersebut didukung penuh oleh Kampoeng Oase Suroboyo Group, DPP Indonesian Fighter Tourism Association (IFTA) Jelajah Indonesia, Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (PERBANUSA) DPD I Jawa Timur, Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia (HPAI) DPW Kota Surabaya, Yayasan Lestari Bumi Abadi (YLBA) Kota Surabaya, dan Forum Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (GRADASI) Jawa Timur. (*)
Editor : Rizqi Ardian
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru