
TULUNGAGUNG, SJP – Bangkai paus balin jantan sepanjang sekitar tujuh meter yang terdampar di Pantai Nglarap, Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Tulungagung, sejak Senin (22/9/2025), kini mulai membusuk.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran karena dapat berdampak pada kesehatan lingkungan serta aktivitas nelayan.
Sampai dengan Rabu (24/9/2025) siang, petugas gabungan dari kepolisian, TNI Angkatan Laut, dan pengawas sumber daya kelautan dan perikanan (PSDKP) Tulungagung terus memantau kondisi bangkai paus. Mengingat paus balin termasuk satwa dilindungi, seluruh bagian tubuhnya dilarang untuk dimanfaatkan.
“Sejak hari Senin kami menerima laporan dari warga lokal, kemudian tim langsung ke lokasi. Evakuasi dilakukan dengan cara mengikat bangkai paus agar tidak hanyut kembali ke laut,” ujar Pengawas Perikanan PSDKP Tulungagung, Joko Prasetyo.
Langkah pengikatan dilakukan untuk memastikan bangkai paus tetap berada di darat. Jika kembali terseret arus ke laut, dikhawatirkan perut paus bisa pecah dan menimbulkan pencemaran yang berbahaya serta mengganggu aktivitas nelayan.
“Kalau sampai ke tengah laut dan pecah perutnya, bisa membahayakan. Karena itu sejak awal kami ikat di pinggir pantai dan ditambatkan ke pohon,” jelas Joko.
Mengenai penyebab kematian, pihak PSDKP belum dapat memastikan. Dari dugaan sementara, paus sudah mati di tengah laut lalu terbawa arus hingga terdampar di Pantai Nglarap. Wilayah tersebut juga bukan jalur migrasi paus balin sehingga kasus ini dianggap jarang terjadi.
“Sepertinya ini bukan jalur migrasi paus, karena sangat jarang ditemukan di Tulungagung. Terakhir kali ada mamalia laut (hiu paus) terdampar itu di Pantai Bayem pada tahun 2021,” ungkap Joko.
Hingga Rabu (24/9/2025) siang, bangkai paus masih berada di lokasi dengan kondisi menebar bau busuk. Idealnya bangkai dikubur untuk menghindari masalah kesehatan, namun akses jalan yang sulit sehingga alat berat tidak bisa masuk menjadi kendala utama.
“Harusnya dikubur, tapi masuk ke lokasi saja susah, apalagi membawa alat berat. Karena itu masyarakat kami imbau untuk tidak mendekati bangkai paus agar terhindar dari risiko penyakit,” pungkas Joko.
Dengan adanya sejumlah kendala tersebut, proses penguraian secara alami di lokasi menjadi pilihan terakhir. Opsi tersebut dinilai tidak akan menimbulkan gangguan, mengingat lokasi pantai Nglarap jauh dari kawasan pemukiman penduduk. (*)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru