
TULUNGAGUNG, SJP – Di tengah gempuran budaya modern, seorang pemuda di Tulungagung memilih menekuni warisan seni tradisi nenek moyang.
Didik Nofianto (30), warga Desa Gempolan, Kecamatan Pakel, menjadikan keterampilan membuat barongan sebagai ladang usaha sekaligus cara melestarikan kesenian kuda lumping yang ia cintai sejak kecil.
Dari sebuah hobi sederhana, karyanya kini melanglang hingga ke berbagai kota di Jawa bahkan menyeberang ke luar pulau.
“Dulu pertama itu ikut jaranan, terus terinspirasi untuk bikin sendiri. Pertama coba-coba, lalu belajar ke sana ke sini. Itu sejak tahun 2018, pertengahan kalau enggak salah,” ujar Didik, Sabtu (27/9/2025).
Bangga dengan hasil karyanya sendiri, Didik mulai memamerkan hasil kreasinya lewat media sosial. Unggahan demi unggahan membuat banyak orang penasaran, hingga akhirnya ia mendapat pesanan pertamanya. Proses itu memang tidak instan, namun perlahan pelanggan semakin meluas.
“Posting di medsos pertama, lama tapi lakunya lama. Terus lama-kelamaan banyak yang tahu. Ya, kayak sekarang, pesanan banyak,” katanya sambil tersenyum.
Kini, pesanan barongan buatan Didik tak hanya datang dari Tulungagung atau Jawa Timur. Karya tangannya telah dipesan hingga Kalimantan, Sumatera, dan Riau. Setiap bulan, ia rata-rata menyelesaikan tiga sampai empat pesanan sesuai kemampuan pengerjaan.
“Pesanan banyak dari Kalimantan, Sumatera, Riau. Rata-rata luar pulau,” tutur Didik bangga.
Selain membuat barongan lengkap dengan hiasannya, Didik kini dikenal sebagai spesialis jamang atau hiasan kepala barongan. Untuk pembuatan jamang, Didik menggunakan dua jenis bahan, yakni dari bahan kulit sapi dan drum plastik, tergantung permintaan pemesan.
Jamang buatannya bisa diselesaikan dalam waktu sekitar satu minggu, dengan harga berkisar Rp650 ribu hingga Rp1 juta, tergantung jenis bahan, ukuran dan tingkat kerumitan. Sementara untuk paket barongan lengkap, harganya berada di kisaran Rp3,5 juta hingga Rp4 juta.
“Kalau sekarang pesanan yang ramai itu jamangan. Kalau jamangan bisa dikerjakan satu minggu. Kalau komplit dengan kepala barongan, harganya Rp3.500.000 sampai Rp4.000.000,” jelasnya.
Proses pembuatan barongan dan jamang membutuhkan ketelitian tinggi, terutama saat mengukir bagian mata yang menjadi daya tarik utama barongan.
Ketekunan Didik menunjukkan bahwa seni tradisi bisa tetap hidup dan bernilai ekonomi jika ditekuni dengan cinta serta kreativitas. (*)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru