
JOMBANG, SJP – Program Makan Bergizi (MBG) yang digelar pemerintah di sejumlah sekolah di Jombang dihentikan sementara. Penghentian ini dilakukan untuk proses evaluasi dan perbaikan sistem.
Salah satu sekolah yang terkena dampaknya adalah SMPN 1 Jombang. Kepala sekolah, Rudy Priyo Utomo, mengonfirmasi bahwa sekolahnya sudah tidak menerima program MBG sejak awal Oktober.
“Kami mendapat informasi dari SPPG Kepatihan bahwa program MBG dihentikan sementara untuk perbaikan, mulai 1 Oktober hingga waktu yang belum bisa ditentukan,” ujar Rudy.
Namun, pihak sekolah belum mendapatkan penjelasan rinci mengenai bentuk perbaikan yang dilakukan maupun jangka waktu pasti penghentian program ini.
Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Jombang, Agus Purnomo, juga mengakui adanya penghentian sementara ini. Ia menyatakan bahwa informasi tersebut memang diterima dari sejumlah sekolah, meski laporan resmi dari SPPG belum masuk.
“Penghentian sementara ini tidak hanya terjadi di SMPN 1 Jombang, tetapi juga di beberapa sekolah lain, terutama di wilayah perkotaan. Informasi yang kami terima, ini dilakukan untuk evaluasi agar program bisa berjalan lebih baik ke depannya,” jelas Agus.
Akibat penghentian ini, siswa di sekolah yang terdampak untuk sementara tidak mendapatkan fasilitas makan siang bergizi yang biasanya disediakan melalui program tersebut.
Sebelumnya, Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMP Negeri 1 Jombang mendapat sorotan akibat sejumlah kendala operasional.
Keluhan yang disampaikan pihak sekolah mengenai keterlambatan pengiriman dan kurangnya porsi makanan, akhirnya menarik perhatian Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang, yang melakukan kunjungan langsung pada Senin (8/9/2025) lalu.
Kepala SMPN 1 Jombang, Rudy Priyo Utomo atau yang kerap disapa Yoyok, mengungkapkan bahwa pengiriman makanannya konsisten terlambat setiap harinya.
“Jadwal seharusnya tiba pukul 09.00 WIB, namun kenyataannya sering baru datang lewat dari pukul 12.00 WIB. Hal ini jelas mengacaukan jadwal makan siswa,” ujarnya.
Tidak hanya keterlambatan, pada Rabu (3/9/2025) lalu terjadi kekurangan porsi yang sangat signifikan. Dari total 993 siswa, sebanyak 529 porsi tidak terkirim.
“Artinya, ada 16 kelas dari total 31 kelas yang tidak kebagian. Hari Senin dan Selasa masih lengkap, tetapi di hari Rabu terjadi kekurangan,” jelas Yoyok.
Meski telah ada janji penggantian dari penyedia, realisasinya hingga kini belum terlihat.
“Kami berencana mengajukan surat permohonan penggantian secara resmi sebagai bentuk perlindungan hak siswa. Kami minta penggantiannya bisa dikirim minggu ini,” tegasnya.
Persoalan lain yang turut mencuat adalah kualitas makanan. Berdasarkan laporan sejumlah siswa dan orang tua, sebagian makanan yang datang dalam kondisi tidak layak konsumsi.
“Ada sayur yang terlihat basi, dan ayam yang masih kemerahan seperti belum matang. Kami khawatirkan dampaknya bagi kesehatan anak-anak,” tambah Yoyok. (*)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru