
JAKARTA, SJP — Kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) belakangan ini menjadi perhatian publik. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa keamanan pangan merupakan faktor krusial dalam keberhasilan pelaksanaan program MBG di berbagai daerah.
Masyarakat, pengelola penyedia makanan, dan pemerintah dituntut memahami langkah penanganan ketika keracunan terjadi, sekaligus memastikan pencegahan dilakukan sejak dini agar insiden serupa tidak terulang.
Pertolongan Pertama Saat Terjadi Keracunan Makanan
Keracunan makanan biasanya ditandai dengan gejala mual, muntah, diare, kram perut, hingga demam. Jika tanda-tanda ini muncul, langkah pertolongan pertama berikut penting dilakukan:
-
Berikan waktu istirahat yang cukup agar tubuh bisa pulih.
-
Ganti cairan tubuh yang hilang akibat muntah atau diare dengan air putih atau larutan oralit untuk mencegah dehidrasi.
-
Hindari minuman berkafein atau bersoda karena dapat memperparah iritasi lambung.
-
Jika kondisi memburuk atau tak kunjung membaik, segera cari pertolongan medis ke fasilitas kesehatan terdekat.
Langkah cepat ini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius akibat keracunan makanan program MBG.
Penerapan Keamanan Pangan di Dapur MBG
Untuk mencegah kasus keracunan, dapur penyedia makanan MBG wajib menerapkan prinsip keamanan pangan dengan ketat pada setiap tahap, mulai dari bahan baku hingga distribusi.
1. Pemilihan Bahan Pangan Terbaik
Bahan makanan harus segar, tidak rusak, dan bebas kontaminasi. Bahan yang busuk, berbau tidak sedap, rusak, atau kedaluwarsa wajib ditolak. Kondisi kemasan juga harus bersih dan utuh.
2. Menjaga Kebersihan Dapur
Kebersihan dapur menjadi kunci utama pencegahan keracunan. Area memasak harus higienis, bebas serangga, dan kering. Peralatan masak, lantai, meja, serta tempat sampah harus rutin dibersihkan.
3. Menjaga Keamanan Makanan Matang
Makanan yang sudah dimasak perlu segera disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat. Gunakan kemasan sekali pakai yang aman untuk mencegah kontaminasi. Hindari penggunaan wadah lama atau kotor.
SOP dari Badan Gizi Nasional (BGN)
Badan Gizi Nasional (BGN) telah menetapkan standar operasional prosedur (SOP) untuk memastikan keamanan pangan dalam program MBG. Beberapa poin pentingnya meliputi:
-
Kontrol mutu sebelum penyajian. Kepala satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) dan ahli gizi wajib memeriksa kualitas makanan sebelum dibagikan.
-
Pengadaan dan distribusi yang transparan dan aman. Proses pengadaan harus terbuka, sedangkan distribusi perlu mempertimbangkan faktor cuaca dan jarak agar makanan tetap layak konsumsi.
-
Rencana darurat. Kepala SPPG harus memiliki skema cadangan dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah jika terjadi hambatan distribusi atau kejadian luar biasa seperti keracunan.
Peran Pemerintah dalam Menjamin Keamanan Program MBG
Pemerintah memiliki peran besar dalam memastikan keamanan pangan di setiap SPPG. Sejumlah langkah strategis telah ditempuh, antara lain:
-
Menutup sementara SPPG yang diduga menjadi sumber keracunan hingga evaluasi selesai.
-
Mewajibkan sterilisasi alat makan dan perbaikan sistem sanitasi dapur.
-
Mempercepat sertifikasi Sanitasi Lingkungan Hidup Sekolah (SLHS). Saat ini, baru 34 dari 8.583 SPPG yang bersertifikat.
-
Melibatkan Kemenkes, BGN, puskesmas, dan UKS untuk pengawasan rutin proses pengolahan makanan.
-
Mengevaluasi kualitas juru masak dan membuka opsi rekrutmen koki bersertifikat.
Kasus keracunan MBG menjadi pengingat penting bahwa keamanan pangan tidak boleh diabaikan. Mulai dari pemilihan bahan, proses pengolahan, hingga distribusi, semua tahap harus dilakukan dengan cermat dan higienis.
Dengan sinergi antara pemerintah, pengelola dapur, dan masyarakat, program MBG dapat berjalan aman dan benar-benar memberikan manfaat bagi kesehatan anak-anak Indonesia. (**)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber: Beritasatu.com
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru