
GRESIK, SJP —Kabupaten Gresik memiliki berbagai sejarah budaya yang terus dilestarikan warganya, salah satunya kuliner makanan Kupat Keteg. Kuliner ini telah resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) daerah Kabupaten Gresik.
Meski secara tekstur mirip jajanan tradisional lupis, kuliner Kupat Keteg ini diolah dengan cara yang berbeda. Kupat Keteg diolah direbus dengan air dari sumber perbukitan Kampung Giri yang memiliki kandungan berminyak. Air sumber itu kerap dikenal warga sebagai air Lanthung. Namun disayangkan, setiap tahunnya debit air Lanthung itu berkurang dari sumbernya dan terancam punah.
“Dan sumbernya sekarang agak punah. Jadi dilestarikan bagaimana caranya Kupat Keteg ini agar tetap ada,” kata Nur Hamidah, salah satu pelestari Kupat Keteg Kampung Giri, Minggu (12/10/2025).
Nur mengatakan, rasa yang didapat dari kuliner Kupat Keteg ini tidak terlepas dari sumber air Lanthung. Kupat Keteg memiliki rasa asin dan gurih. Tanpa penambahan bahan pengawet, kuliner ini bisa bertahan lama maksimal tiga hari setelah pembuatan.
Menurut dia, air sumber Lanthung itu sekaligus menjadi pengawet alami dari kupat keteg. “Tanpa bahan pengawet, langsung dari alam,” jelasnya.
Ia menceritakan, konon Kupat Keteg ini merupakan makanan kegemaran Sunan Giri saat momen Lebaran tiba. Sejak itulah, masyarakat sekitar menjadikannya sebagai tradisi tahunan yang terus dilestarikan hingga kini.
Bahan dasarnya adalah ketan putih murni yang menghasilkan tekstur kenyal dan cita rasa gurih, sangat cocok dinikmati bersama parutan kelapa dan siraman gula merah.
“Kupat keteg ini icon Kampung Giri. Harga seporsi Rp15 ribu sudah dengan kelapa. Sajiannya diiris-iris karena ada kupat sebagai pembungkus,” pungkasnya. (*)
Editor: Danu
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru