
TULUNGAGUNG, SJP – Perjalanan seorang petani tak selalu mulus, namun bagi Mulyono, warga Desa Moyoketen, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, langkahnya justru penuh warna. Setelah sukses memperkenalkan agrowisata belimbing di desanya, kini ia tengah serius mengembangkan jambu kristal jumbo di lahan pertanian di Desa Gondosuli, Kecamatan Gondang.
Peralihan fokus ini bukan tanpa alasan. Menurutnya, dunia pertanian harus selalu berinovasi.
“Ini saya lagi pengembangan, dulu basicnya belimbing sudah 33 tahun. Kita mau maju lagi, mengembangkan jambu merah sama jambu kristal,” ujar Mulyono, Kamis (25/9/2025) kemarin.
Budidaya jambu kristal jumbo mulai ia tekuni sejak tahun 2022. Dalam tiga tahun, Mulyono sudah menanam 300 pohon, meski baru 100 yang benar-benar produktif. Hasilnya pun tak main-main. Dari satu batang, ada yang bisa menghasilkan 40 hingga 50 kilogram buah jambu, dengan ukuran rata-rata 0,5 kilogram per biji.
“Hari ini kita panen 60 batang kita nurunkan paling enggak hari ini 2 kuintal setengah, 250 kilo dari 60 batang itu hari ini,” ungkap Mulyono.
Namun target Mulyono tak berhenti di situ. Saat ini ia terus berinovasi untuk mengembangkan buah jambu dengan target berat perbiji 1 kilogram.
“Saya belum puas. Bulan Desember nanti kita doa dan kerja keras. Satu buah harus bisa satu kilo. Bahkan kemarin sudah ada yang nyampe satu kilo dua ons,” ungkapnya penuh optimisme.
Mulyono menjelaskan, pemasaran buah hasil kebunnya kini sudah meluas. Tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal Tulungagung, Mulyono juga mengirim ke toko-toko modern di wilayah Kediri, Nganjuk, hingga menjangkau Surabaya, Jakarta, dan Bali melalui reseller.
“Pasarnya hari ini justru kekurangan barang. Saya harus nambah pohon, target Desember jadi 500 batang,” katanya.
Panen dilakukan rutin seminggu sekali setiap hari Kamis agar bisa memenuhi stok supermarket pada hari Jumat.
“Untuk kebutuhan di supermarket aja minimal saya kalau disediakan hari Kamis stok 4 kuintal habis. Itu hari Minggu sore apa Senin disuruh kirim lagi. Saya nggak mampu,” ungkapnya.
Di balik strategi penambahan kapasitas produksi tersebut, Mulyono menekankan kualitas sebagai kunci. Ia menolak mengejar kuantitas semata.
“Yang membedakan itu taste sama mutu. Saya ndak ngejar jumlah, tapi kualitas. Saya juga minta dukungan pemerintah supaya produk lokal ini lebih dipromosikan, biar masyarakat makin cinta buah nasional,” ucapnya.
Jambu kristal milik Mulyono dipasarkan dengan merek ABM (Agrowisata Belimbing Mulyono), sebuah identitas yang ia jaga sejak merintis belimbing. Dari rumah produksinya, harga jambu dijual Rp15 ribu per kilogram, sedangkan reseller melepasnya dengan margin 30 persen, hingga sekitar Rp24-25 ribu per kilogram di pasar modern.
Selain jambu kristal, Mulyono juga tengah mengembangkan varietas jambu lain, termasuk jambu merah yang kaya vitamin C. Ia berharap, diversifikasi produk ini dapat menjaga keberlangsungan agrowisatanya.
“Saya tidak ingin Agrowisata Belimbing mati. Karena itu harus ada produk-produk baru selain belimbing,” tegasnya.
Dengan semangat belajar tanpa malu, bahkan dari petani yang lebih muda sekalipun, Mulyono yakin buah hasil kebunnya akan terus dicari. Di balik setiap butir jambu kristal jumbo yang manis dan renyah, ada cerita kegigihan seorang petani yang tak pernah berhenti berinovasi demi menjaga kecintaan masyarakat pada buah lokal. (**)
Editor : Rizqi Ardian
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru