
SUARAJATIMPOST.COM – Di tengah derasnya arus globalisasi dan maraknya platform digital, kuliner tradisional Jawa Timur kian terdesak oleh makanan cepat saji dan tren kuliner modern.
Rawon, rujak cingur, hingga pecel Madiun seakan hanya muncul di momentum tertentu, sementara generasi muda lebih akrab dengan burger, ramen, atau minuman kekinian.
Namun, kuliner tradisional bukan sekadar makanan. Ia adalah identitas, memori kolektif, sekaligus cermin sejarah. Bumbu khas seperti kluwek pada rawon atau petis pada rujak cingur adalah warisan pengetahuan lokal yang sulit ditandingi kuliner asing. Mengabaikannya sama saja dengan melepaskan sebagian jati diri Jawa Timur.
Era digital seharusnya tidak menjadi ancaman, melainkan peluang. Promosi kuliner lewat media sosial, video singkat, hingga aplikasi pesan antar bisa menjembatani generasi muda dengan tradisi lama. Jika UMKM kuliner lokal mampu beradaptasi, bukan mustahil makanan tradisional justru menjadi tren baru yang mendunia.
Tugas kita sebagai masyarakat adalah mendukung dan mengapresiasi. Bukan sekadar membeli, tetapi juga menceritakan, membagikan, dan memperkenalkan kembali cita rasa otentik kepada generasi berikutnya. Sebab, menjaga kuliner tradisional bukan hanya menjaga selera, tapi juga menjaga budaya. (**)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber: Dari Berbagai Sumber
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru