
JAKARTA, SJP — Tren memilih jenis kelamin bayi kembali mencuri perhatian publik setelah berbagai metode viral di platform TikTok. Tagar #GenderSwaying ramai digunakan oleh para influencer dan calon ibu yang berbagi pengalaman tentang cara-cara “mengatur” jenis kelamin bayi sebelum kehamilan.
Banyak calon orang tua di berbagai negara ingin memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu. Hal ini mendorong mereka mencoba berbagai metode, baik yang tradisional maupun modern, untuk meningkatkan peluang hamil anak laki-laki atau perempuan.
Influencer Alexis Bremner, misalnya, menceritakan kepada 115.000 pengikutnya bahwa ia dan pasangannya mengikuti Metode Shettles, sebuah teori dari era 1960-an. Teori ini menyebutkan waktu berhubungan seksual relatif terhadap ovulasi dapat memengaruhi jenis kelamin bayi.
Sperma Y (laki-laki) bergerak lebih cepat, sementara sperma X (perempuan) lebih lambat namun bertahan lebih lama. Pasangan yang ingin anak perempuan dianjurkan berhubungan dua hari sebelum ovulasi, sedangkan anak laki-laki dianjurkan saat ovulasi terjadi.
Selain itu, tren ini juga menyoroti Metode Babydust, yang dikembangkan oleh mikrobiolog Dr Kathryn Taylor di Amerika Serikat. Metode ini fokus pada pola makan, suplemen, dan pH vagina untuk mempengaruhi peluang kehamilan.
Sejumlah pengguna TikTok, seperti Nicole Shamlin, mengaku berhasil memiliki anak perempuan setelah mengonsumsi cranberry, magnesium, dan kalsium selama masa subur.
Beberapa forum online bahkan menyarankan pola makan asam untuk anak perempuan dan pola makan alkali untuk anak laki-laki. Namun, para ahli fertilitas menegaskan tidak ada bukti ilmiah kuat yang mendukung klaim tersebut.
Dr Bassel Wattar, dokter kandungan dan profesor reproduksi di Anglia Ruskin University, menegaskan bahwa metode Shettles bukanlah hal baru dan efektivitasnya tidak terbukti secara ilmiah.
“Satu-satunya penentu jenis kelamin bayi adalah sperma X atau Y yang membuahi sel telur. Pola berenang sperma atau perubahan pH vagina tidak cukup berpengaruh terhadap pembuahan,” ujarnya.
Teknologi modern seperti IVF (In Vitro Fertilization) dan microsorting memang memungkinkan pemilihan jenis kelamin, namun metode ini terbatas pada klinik tertentu dan memerlukan prosedur medis yang kompleks serta biaya tinggi.
Meskipun demikian, sejumlah ibu TikTok seperti Jasmine Jackson dan Carlie Roman tetap mengklaim berhasil memiliki anak perempuan setelah mengikuti metode viral ini, meski tanpa jaminan keberhasilan.
Dr Wattar menekankan bahwa pergerakan sperma di sistem reproduksi wanita bersifat independen dan tidak dapat diubah dengan pola makan, obat, atau teknik sederhana.
“Cara terbaik untuk meningkatkan peluang kehamilan tetap berhubungan seksual secara rutin. Mengatur jenis kelamin bayi secara alami hampir tidak mungkin dilakukan tanpa bantuan teknologi medis,” pungkasnya. (**)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber: Beritasatu.com
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru