
BONDOWOSO, SJP – Suara riang anak-anak dan deru air Sungai Selokambang Kelurahan Kademangan Kabupaten Bondowoso, pagi itu berpadu dengan pemandangan tak biasa.
Seratus orang lebih berkumpul di tepi sungai, bukan untuk berwisata, melainkan membawa karung dan sarung tangan.
Dari wajah mereka terpancar semangat, menjaga sungai dari ancaman sampah plastik, dalam rangka memperingati Hari Sungai Internasional dengan cara yang sederhana tapi penuh makna, pada Ahad (28/9/2025).
Komunitas Sarka Space bersama Ecoton, pecinta alam SMA Bondowoso, Komunitas Mahasiswa Bondowoso, hingga Pimpinan DPRD dan Dinas Lingkungan Hidup setempat, bergandeng tangan menggelar aksi bersih-bersih sungai dan sosialisasi bahaya mikroplastik. Sebanyak 130 pegiat lingkungan ikut turun tangan.
Hasilnya tak main-main. Dari kegiatan itu terkumpul 33 karung berisi hampir 620 kilogram sampah plastik. Lebih dari 6.900 lembar sampah plastik berhasil diaudit, dan jenis yang paling banyak ditemukan adalah tas kresek serta bungkus plastik sasetan.
“Hasil brand audit menunjukkan dari 6.997 lembar sampah plastik yang kami temukan, 51 persen adalah sampah tas kresek, sedangkan saset kopi 14 persen,” ungkap Alaika Rahmatullah, koordinator kampanye Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton).
Tiara Sukma Wardani, ketua panitia, menambahkan, aksi ini bukan sekadar bersih-bersih, melainkan juga edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya mikroplastik dan mengajak masyarakat untuk melakukan aksi nyata melalui kegiatan bersih-bersih sungai dan memilah sampah.
“Sampah yang terkumpul tidak akan berakhir di TPA, tapi dikelola oleh kami sendiri, Sarka Space,” ujarnya.
Ancaman yang Tak Terlihat
Sungai yang tampak jernih rupanya menyimpan masalah serius. Ecoton bersama Sarka Space melakukan kajian kualitas udara dan air di Bondowoso.
Hasilnya mengejutkan, udara kota di Jalan HOS Cokroaminoto mengandung tujuh partikel mikroplastik dalam dua jam, sementara air Sungai Selokambang tercemar 28 partikel per 10 liter.
“Kami menemukan jenis mikroplastik terbanyak berupa filament, fiber, dan fragmen,” jelas Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton.
Ia menambahkan, mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang bersumber dari plastik sekali pakai.
“Mikroplastik bahkan sudah ditemukan dalam ketuban ibu hamil dan otak manusia,” imbuhnya.
Penjelasan itu membuat suasana diskusi di pinggir sungai sejenak hening. Para peserta seolah tersadar, bahwa masalah sampah bukan hanya soal kebersihan lingkungan, tetapi juga menyangkut kesehatan generasi mendatang.
Pesan dari Tepi Sungai
Aksi itu juga mendapat perhatian dari Wakil Ketua DPRD Bondowoso, Sinung Sudrajad, yang hadir dan menyampaikan pesan reflektif. Bahkan, dirinya ikut turun basah-basahan memilih sampah plastik di Sungai Selokambang.
“Salah satu tanda akhir zaman adalah kali ilang kedunge. Sungai-sungai kini dangkal akibat sedimentasi dan sampah plastik. Padahal sungai adalah lambang kesuburan dan sumber sari kehidupan. Kita perpanjang usia bumi dengan menjaga sungai tetap lestari,” kata politisi PDI Perjuangan ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bondowoso, Aries Agung Sungkowo, mengingatkan bahwa setiap hari 60–65 ton sampah dibuang ke TPA, padahal lahan TPA hanya seluas 1,5 hektar.
“Untuk itu, pemerintah menerbitkan Surat Edaran Bupati Nomor 270 Tahun 2025 yang mewajibkan masyarakat mengelola sampah secara mandiri,” ujarnya.
Aksi Kecil, Dampak Besar
Meski tantangan terasa berat, semangat kolaborasi masih menyala. Aksi ini mengingatkan bahwa setiap langkah kecil berarti. Aksi kecil berdampak besar, dimulai dari rumah dengan memilah sampah.
Dari tepi Sungai Selokambang, Bondowoso mengirim pesan ke seluruh penjuru: menjaga sungai bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga tentang masa depan manusia. Sungai adalah cermin kehidupan. Jika ia kotor dan sakit, begitu pula yang akan kita rasakan. (*)
Editor : Rizqi Ardian
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru