
MOJOKERTO, SJP – Ribuan ton gula hasil produksi petani dan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) menumpuk di gudang Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, Kabupaten Mojokerto.
Kondisi ini diduga akibat masuknya gula impor yang membuat pasar gula domestik jenuh.
Menurut Manajer PG Gempolkrep, Edy Purnomo, stok gula yang tidak terjual di gudang pabrik saat ini mencapai sekitar 7.500 hingga 8.000 ton.
Angka tersebut belum termasuk sekitar 35.000 ton stok pedagang yang juga belum terserap pasar.
“Jika gula tidak segera terjual, penumpukan akan semakin banyak,” ujar Edy dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (20/9/2025).
Ia menjelaskan, pabriknya memiliki kapasitas giling 6.500 ton tebu per hari dengan produksi gula mencapai 450 hingga 500 ton.
Namun, penjualan yang lesu membuat stok terus meningkat. Kondisi ini membuat para petani, distributor, dan pembeli kesulitan menyalurkan gula ke masyarakat.
Selain masalah penumpukan stok, para petani tebu juga menghadapi kendala operasional seperti biaya tebang, muat, dan angkut tebu yang terhambat karena pencairan dana yang tidak lancar. Akibatnya, pasokan tebu ke pabrik ikut terganggu.
“Kalau operasional macet, pasokan terganggu, swasembada pangan juga ikut terhambat,” tegas Edy.
Meskipun harga lelang gula yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) berada di angka Rp14.500 per kilogram, pasar tetap lesu. Padahal, total nilai produksi gula petani di wilayah tersebut bisa mencapai Rp10 triliun.
Untuk mengatasi permasalahan ini, PG Gempolkrep bersama petani terus berkoordinasi dengan kantor pusat PT SGN, PTPN Grup, dan kementerian terkait.
Beberapa pertemuan juga telah dilaksanakan dengan para pembeli gula serta aparat penegak hukum untuk mengamankan penyerapan pasar.
“Strateginya kami lakukan efisiensi, menjaga komunikasi dengan petani, dan melibatkan kementerian terkait agar gula petani segera terserap. Kalau masalah ini tidak segera diatasi, dampaknya akan luas, termasuk pada tenaga kerja,” pungkas Edy. (*)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru