
JAKARTA, SJP — Teh telah menjadi salah satu minuman paling populer di dunia dan melekat dalam berbagai budaya sejak berabad-abad lalu.
Di Indonesia, teh sering disajikan sebagai pelengkap makanan atau teman bersantai, mulai dari pagi hingga sore hari. Namun, muncul pertanyaan yang sering diperdebatkan: apakah minum teh setelah makan benar-benar menyehatkan atau justru bisa berdampak buruk?
Dalam berbagai tradisi, meminum teh bukan sekadar pelepas dahaga, tetapi juga simbol kebersamaan dan gaya hidup. Selain memberikan efek menenangkan, teh juga dikenal memiliki beragam manfaat bagi kesehatan, mulai dari menjaga jantung, membantu metabolisme tubuh, hingga melawan radikal bebas.
Rahasia utama manfaat teh terletak pada kandungan polifenol, flavonoid, dan katekin yang berfungsi sebagai antioksidan alami. Senyawa ini membantu melindungi tubuh dari penuaan dini dan berbagai penyakit kronis.
Teh juga mengandung kafein dalam jumlah sedang, cukup untuk memberikan energi dan meningkatkan fokus tanpa efek samping berlebihan seperti kopi. Meski kadar vitamin dan mineralnya tidak terlalu tinggi, teh tetap memberikan kontribusi positif bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Berbagai penelitian menyebutkan konsumsi teh secara rutin dapat membantu menjaga kesehatan jantung, menurunkan risiko kanker, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memberikan efek relaksasi yang membantu mengurangi stres.
Meski dikenal sehat, cara konsumsi teh yang keliru justru bisa mengurangi manfaatnya. Di banyak tempat makan di Indonesia, teh manis kerap disajikan bersamaan dengan makanan berat.
Kebiasaan ini memiliki dua risiko utama. Pertama, penggunaan gula berlebihan dapat mengubah teh menjadi minuman tinggi kalori yang meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Kedua, minum teh tepat setelah makan bisa mengganggu penyerapan zat besi dan nutrisi penting lainnya, terutama bila tehnya terlalu pekat.
Minum teh saat perut kosong juga tidak disarankan karena dapat memicu gangguan pencernaan seperti perut kembung atau peningkatan asam lambung. Inilah sebabnya, teh yang seharusnya menyehatkan bisa menjadi bumerang jika tidak dikonsumsi secara bijak.
Agar khasiat teh tetap maksimal, sebaiknya beri jeda sekitar 30–60 menit setelah makan sebelum mengonsumsinya. Cara ini membantu tubuh menyerap nutrisi makanan dengan lebih baik dan mengurangi risiko gangguan pencernaan.
Kurangi juga penggunaan gula agar teh tetap menjadi minuman sehat, bukan sekadar minuman manis. Teh bisa dinikmati dalam berbagai cara, baik hangat untuk efek relaksasi maupun dingin sebagai penyegar di siang hari.
Setiap jenis teh memiliki karakteristik dan manfaat berbeda. Teh hijau kaya antioksidan untuk metabolisme, teh hitam memberi energi lebih, sedangkan teh herbal cocok untuk efek menenangkan dan membantu pencernaan.
Lebih dari sekadar minuman, teh adalah simbol keseimbangan antara rasa nikmat dan gaya hidup sehat. Secangkir teh hangat di pagi atau sore hari bukan hanya menenangkan pikiran, tetapi juga membantu menjaga tubuh tetap bugar. Kuncinya ada pada cara dan waktu mengonsumsinya, agar manfaat teh bisa dirasakan secara maksimal tanpa efek samping yang merugikan. (**)
Editor: Rizqi Ardian
Sumber: Beritasatu.com
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru