JAKARTA, SJP — Di tengah derasnya arus data digital, banyak orang tanpa sadar menjadi “penimbun file.” Mulai dari foto, video, dokumen kerja, hingga pesan pribadi, semua disimpan rapat-rapat tanpa pernah tersentuh lagi. Jika kamu termasuk orang yang enggan menghapus file lama karena merasa “sayang”, bisa jadi kamu sedang mengalami digital hoarding.
Digital hoarding adalah kecenderungan untuk menyimpan informasi digital secara berlebihan karena takut kehilangan data atau merasa semua file akan berguna suatu saat nanti. Fenomena ini mirip dengan hoarding disorder di dunia nyata, bedanya, yang ditimbun bukan barang fisik, melainkan data digital di komputer, ponsel, atau cloud storage.
Ciri-ciri Digital Hoarding
-
Sulit menghapus data yang tidak diperlukan
Kebiasaan menimbun file lama, email promosi, atau foto berulang sering muncul dari pikiran “siapa tahu nanti berguna.” Padahal, semakin banyak data tersimpan, semakin sulit membedakan mana yang penting. Akibatnya, ruang penyimpanan cepat penuh dan sistem melambat. -
Cemas saat menghapus file
Rasa takut dan menyesal setelah menghapus file, meskipun sudah tak relevan, merupakan tanda umum digital hoarding. Kecemasan ini biasanya disebabkan kekhawatiran kehilangan informasi atau ikatan emosional terhadap file lama. -
Terus menyimpan tanpa memilah
Penderitanya cenderung menyimpan semua jenis data tanpa pertimbangan. Prinsipnya sederhana: “Lebih baik disimpan daripada menyesal.” Sayangnya, kebiasaan ini justru menciptakan kekacauan digital. -
Sulit menemukan file saat dibutuhkan
Penumpukan file tanpa sistem yang rapi membuat pencarian data jadi lambat. Walau fitur pencarian makin canggih, folder berisi ribuan file tetap memperlambat kinerja dan menurunkan efisiensi.
Cara Mengatasi Digital Hoarding
-
Terapkan prinsip penyimpanan selektif. Simpan hanya file yang benar-benar berguna jangka panjang.
-
Buat sistem pengorganisasian. Kelompokkan file berdasarkan jenis atau proyek, dan gunakan nama file yang konsisten.
-
Jadwalkan pembersihan digital rutin. Luangkan waktu sebulan sekali untuk meninjau dan menghapus file duplikat atau data usang.
-
Gunakan aplikasi pengelola file. Aplikasi tertentu bisa mendeteksi file ganda, menganalisis ruang penyimpanan, dan membantu pembersihan otomatis.
Dampak Digital Hoarding
Perilaku ini bukan hanya memenuhi ruang penyimpanan, tetapi juga bisa menurunkan kualitas hidup.
-
Stres dan kelelahan mental. Tumpukan data menciptakan “ruang digital berantakan” yang memicu rasa sesak dan stres.
-
Efisiensi kerja menurun. Mencari file penting di antara ribuan data lama menyita waktu dan menghambat produktivitas.
-
Risiko keamanan meningkat. File lama berisi data sensitif rentan disalahgunakan jika tidak dihapus atau dienkripsi dengan baik.
Digital hoarding mungkin tampak sepele, tapi dampaknya nyata terhadap efisiensi dan kesehatan mental. Dengan disiplin melakukan “digital decluttering”, kamu bisa menikmati ruang penyimpanan yang lebih ringan, aman, dan bebas stres. (**)
Editor : Rizqi Ardian
Sumber: Beritasatu.com
Sumber : Suara Jatim Post & Berita Terbaru